PEMILU AS 2008; PENGARUHNYA KEDEPAN TERHADAP POLITK TIM-TENG DAN DUNIA ISLAM

Pemerintahan George W. Bush 2000-2008 telah membawa Amerika dengan wajah yang berbeda bagi dunia Islam, bahkan memberikan cacat tersendiri bagi image AS di dunia politik internasional. Kebijakan-kebijakan Bush yang secara umum memusuhi Islam dapat menjadi pemicu kebencian terhadap AS. Kebencian yang dibangun di atas kepongahan Amerika dalam politik luar negerinya. Dimana kekuatan militer menjadi kunci diplomasi.

Sejak awal pemerintahan Bush, ketika "perang melawan terorisme" dikumandangkan, dunia dapat melihat bahwa objek dari perang tersebut tidak lain adalah Islam. Yang dibahasakan sebagai bahaya hijau, setelah runtuhnya bahaya merah (soviet). Tuduhan-tuduhan terorisme terhadap Islam yang dipacu dengan propaganda-propaganda Amerika semakin dapat meyakinkan dunia bahwa Islam memang "Berbahaya". Kita lihat politik Bush yang memojokkan Islam dan Timur tengah, mulai dari perang Afghanistan, pemberangusan kelompok Islam garis keras yang dikategorikan sebagai gerombolan teroris, intervensi AS terhadap hubungan Syria-Lebanon, propaganda Road map yang digunakan untuk memihak Israel, perang Iraq dengan propaganda Demokrasi hingga masalah nuklir Iran dengan tanpa sedikitpun menyentuh nuklir Israel yang sudah ada sejak 30 tahun lalu.

Semua kebijakan tersebut membuat ruang gerak Islam semakin terpojok. Salah satu efek konkritnya, pemerintah Saudi terpaksa menutup 150 dari 231 lembaga nirlaba yang ada dengan tuduhan lembaga tersebut mendanai kegiatan terorisme.

Barangkali Bush hanya merupakan bemper dari Partai Republik yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan di bidang minyak dan senjata. Sebagaimana pernyataan mantan Presiden AS, Eisenhower yang mewanti-wanti agar jangan sampai berkumpul para pengusaha minyak dan senjata. Termasuk juga, bahwa dalam tubuh Partai Republik para kristen konservatif yang meyakini adanya peperangan Armagedon antara kaum kristen dan Yahudi setelah orang Islam dapat dieliminasi terlebih dahulu. Keyakinan seperti itu sedikit banyak telah mempengaruhi kebijakan Bush melalui para seniornya di partai, meskipun pada akhirnya kebijakan Bush ditentukan oleh kepentingan AS.

Akhir 2008 ini Bush akan meninggalkan gedung putih dengan menyisakan cacat-cacat tersebut. Meninggalkan situasi timur tengah yang lebih labil dibanding sebelum pemerintahanya, keadaan ekonomi AS yang merosot diakibatkan naiknya harga minyak (pada awal pemerintahan Bush harga minyak masih dibawah 50 USD per barel, sekarang menjadi 140 USD per barel), belum lagi perang Iraq yang tak kunjung reda dan AS tidak bisa dibilang menang hingga detik ini.

Lalu bagaimana Islam dan Timur tengah pasca Bush nanti? Akankah Islam masih menjadi musuh utama, atau mungkin mereda? Atau bahkan akan lebih gencar dibanding pemerintahan Bush? Bagaimanapun juga eksekutif mempunyai peran penting dalam menentukan kebijakan negara. Khususnya negara federal seperti Amerika Serikat, di mana badan eksekutif lebih banyak mengurusi politik luar negeri yang menyangkut kepentingannya. Maka, politik luar negeri Amerika ke depan sangat dipengaruhi oleh pengganti Bush di gedung putih. Dua partai yang bersaing, Republik dan Demokrat, masing-masing mempunyai kandidat yang sama-sama banyak pendukungnya.

Partai Republik adalah partainya Bush, kandidat utamanya John McCain. Mc Cain (71 th) mempunyai visi hampir sama dengan visi pemerintahan Bush. Dalam politik Timur tengahnya McCain ingin memberantas habis seluruh kelompok Islam garis keras yang di matanya identik dengan Al Qaeda dan terorisme. Jika terpilih, McCain ingin menambah pasukan AS dan memperpanjang pendudukan AS di Iraq, lalu menghancurkan gudang nuklir Iran walaupun nantinya terbukti nuklir tersebut untuk tujuan damai, di Afghanistan McCain ingin memperpanjang kedudukan NATO hingga tuntas memburu jaringan Al-Qaeda. Masalah Palestina, McCain melihat perlu meneruskan isi peta perjalanan (road map) damai Israel-Palestina yang dirancang oleh pemerintahan Bush dengan mambangun dua negara yang dapat hidup berdampingan menurut sisi pandang AS dengan tetap mendominasi support bagi Israel sebagai partner utama di Tim-teng. Visi tersebut secara garis besar menjadi visi umum Partai Republik yang mencalonkan Mc Cain.

Di sisi lain, dari kampanye yang telah berjalan, Partai Demokrat mempunyai visi yang agak berlawanan dengan Partai Republik. Kandidat utama Demokrat, Barack Husein Obama (46 th), jika terpilih menjadi presiden akan segera menarik mundur pasukan AS di Iraq dan dalam jangka waktu 16 bulan seluruh tentara AS sudah berada di rumah masing-masing. Obama juga siap berunding dengan Iran untuk masalah nuklir dengan mengedepankan cara diplomasi, dia juga akan menarik pasukan dari Afghanistan, bahkan Obama siap bertatap muka langsung dengan pemimpin-pemimpin negara yang dianggap musuh AS seperti Chavez dan Castro.

Namun sisi pandang Obama terhadap kelompok Islam garis keras tidak jauh berbeda McCain, Obama bahkan siap menambah 65,000 pasukan AD dan 27,000 AL untuk mengalahkan Al-Qaeda dan akan ditempatkan sepanjang antara jibouti dan Afghanistan. Jika perlu, Obama juga siap menambah bantuan militer kepada Pervez musyaraf untuk memberantas Al-Qaeda di Pakistan. Obama juga sempat memberikan pidato di forum yahudi Amerika AIPAC untuk meyakinkan bahwa dia tetap sebagai teman bagi Israel walaupun politik luar negerinya terkesan bertolak belakang dengan pemerintahan Bush. Usaha tersebut tentunya berguna bagi kampanye Obama untuk menangkis rumor yang tersebar bahwa Obama adalah seorang muslim atau pro-islam yang sempat belajar Islam di Indonesia semasa kecilnya.

Seperti yang disebut di muka, bahwa eksekutif memegang peran penting dalam mengeluarkan kebijakan luar negeri. Maka dari visi para calon pengganti Bush terlihat tidak akan banyak terjadi perubahan pada kebijakan AS terhadap dunia Islam, khususnya menyangkut kelompok Islam garis keras. Seluruh kandidat baik yang dari Demokrat maupun Republik sama-sama mengecam kelompok tersebut dan mengaitkannya dengan terorisme. Begitu juga dengan permasalahan Palestina. Para kandidat tetap mempertimbangkan betapa pentingnya komunitas yahudi untuk dilindungi dan begitu berartinya jaringan lobby yahudi bagi AS.

McCain terang-terangan akan mengebom Iran jika tidak segera menutup reaktor nuklirnya yang mengancam Israel. Obama, walaupun lebih mengedepankan cara diplomasi untuk menangani nuklir Iran yang mengancam Israel tetapi dalam pidatonya di depan komunitas Yahudi Amerika AIPAC, ia menyebut akan mengerahkan segala kekuatannya untuk mencegah Iran dalam memiliki senjata nuklir. "I will do everything in my power to prevent Iran from obtaining a nuclear weapon-everything in my power to prevent Iran from obtaining a nuclear weapon—everything". Bahkan saking kuatnya lobby tersebut, AS telah menaikkan bantuan militer kepada Israel dari 1,8 milyar USD ke 2,4 milyar tahun 1998, dan menjadi 3 milyar USD pada 2008. Artinya, tidak akan banyak berubah politik AS terhadap Israel ke depan, siapapun itu pengganti Bush.

Namun di sisi lain, penulis melihat ada kesempatan untuk melemahkan, atau meminimalisir kekuatan AS di dunia. Yaitu dengan mendukung politik AS yang saat ini sedang dijalankan oleh Bush, terutama jika McCain terpilih menjadi presiden. Karena visi McCain tidak jauh berbeda dengan pemerintahan sekarang, maka politik luar negerinya pun tidak akan berbeda dengan Bush, mengedepankan konfrontasi daripada diplomasi. Hal itu akan membawa AS menjadi negara yang totaliter, mengerahkan segala kemampuan untuk memburu musuhnya. Semakin banyak kekuatan digunakan, semakin banyak pula konsumsi energi yang diperlukan, artinya AS akan semakin merasa tergantung terhadap impor bahan bakar. Akibatnya ekonomi dalam negeri akan melemah karena melambungnya harga minyak, dan itu berlaku untuk waktu sekarang. Jika politik tersebut didukung dan dipacu maka akan semakin mendekatkan AS pada titik lemah. Di saat yang sama, musuh-musuh AS (baik musuh militer maupun ekonomi) menggalang kekuatan dan memperkuat propaganda menggantikan propaganda AS di negara-negara yang terlanjur menaruh benci terhadap Amerika.

Berbeda ketika AS merubah politik luar negerinya yang sekarang. Artinya AS akan lebih intropeksi diri ke dalam. Dan itu tergambar dalam visi Obama jika terpilih nantinya. Obama tergolong kandidat yang bisa masuk ke semua kelompok, bahkan tidak sedikit kelompok Islam yang simpati terhadap pencalonanya hanya karena masa kecilnya pernah hidup di negara berpenduduk mayoritas muslim sedunia, dan juga karena nama tengahnya berasal dari kata arab (Husein). Melalui politik Obama, AS akan kembali mendapat dukungan dunia dan akan menyurutkan kecaman dunia terhadap AS atas politiknya selama periode Bush. Kemudian AS akan mampu mengevaluasi diri dan kembali meyakinkan dunia untuk memperkuat posisinya lagi sebagai polisi dunia. Yang berarti juga, tidak akan ada harapan bagi musuh AS untuk mengambil serangan balik.

Dari sekelumit gambaran politik AS terhadap Islam dan Tim-teng pasca pemilu 2008 di atas, dunia Islam perlu mempelajari tindakan-tindakan yang sekiranya perlu diambil untuk tetap menguatkan posisi tawar di kancah Internasional, minimal bertahan untuk tidak hanya menjadi penonton dan penikmat ataupun korban dari pergantian politik AS yang untuk sementara masih menjadi adidaya tunggal. Barangkali ruang yang pantas untuk membahas hal tersebut adalah OKI. Sayangnya pertengahan dekade terakhir ini OKI sebagai organisasi politik negara-negara Islam terkesan kurang tanggap terhadap isu-isu politik Internasional dan terpaksa sibuk berbenah ke dalam karena selisih-selisih internal yang kurang menguntungkan. Wallahu a'lam bishowab.

R. Adi Yulianto
S1 Al Azhar Jurusan Syari'ah wal Qanun
Mahasiswa Pasca Sarjana Hukum, Inst. Liga Arab

Posted in Labels: Posted by Forum Studi Syari'ah wal Qanun at 4:49 AM  

 

wibiya widget

Copyright 2008. Forum Studi Syari'ah wal Qanun. Home